Saturday, 2 August 2014

Candi Muaro Djambi


Aktifitas dilokasi perkebunan terkadang membuat kepala menjadi penat. Hari Minggu menjadi hari yang diimpikan seluruh penghuni kebun, untuk mencari penyegaran diluar sana.

Hal itu juga saya alami dan rasakan.
Hari itu, saya bersama seorang teman saya pada hari itu bergerak ke arah kota Jambi. Tujuan kami adalah candi Muaro Djambi yang terletak di kabupaten Muaro Jambi provinsi Jambi.

Situs candi Muaro Jambi merupakan situs candi terluas di Asia Tenggara. Candi utamanya bernama Candi Tinggi yang merupakan candi tertinggi dan terbesar disana. Ukurannya kira-kira 30m x 30m x 6m, tidaklah sebesar dan semegah candi Prambanan atau Borobudur.

Bahan utamanya adalah tanah liat yang dicetak berbentuk batu bata. Maka tidak heran kalau sudah banyak terdapat kerusakan diberbagai bagian candi akibat pelapukan ataupun akibat ulah manusia sendiri. Gapura utama candi ini juga sudah ambruk termakan usia, namun untuk tetap menjaga supaya tidak lapuk, maka bongkahan gapura itu telah dinaungi.


Candi Tinggi


Disana terdapat bangunan berbentuk stupa, menandakan bahwa candi ini merupakan candi Buddha. Menurut infonya, candi ini dibangun pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya.

Bagii anda yang ingin berkeliling dengan berjakan kaki, silakan. Namun kalau memilih untuk naik sepeda, disana juga banyak terdapat sepeda yang disewakan dengan tarif Rp 20,000 perjam.

Saya sedikit kecewa terhadap peradaban para pengunjung yang tidak menghargai peninggalan berharga ini. Kenapa harus membuang sampah sembarangan?
Disepanjang jalan dan disekitar area situs sampah berserakan dimana-mana sehingga sangat mengganggu pemandangan saya.

Buat teman-teman yang ingin ke Jambi, tempat ini layak untuk dikunjungi. Anda boleh berfoto sesuka hati, tapi jangan meninggalkan apapun disana kecuali jejak kaki, Oke.
Jagalah kebersihan demi kebaikan dan kelestarian warisan leluhur kita.

Trip to Debuk-debuk hotspring

Malam itu sekitar pukul 21.30 Wib rombongan memulai perjalanan  dari starting point di Martubung Medan Deli, menuju pemandian air panas (hotspring) Lau Sidebuk-debuk tepat dikaki gunung Sibayak Tanah Karo. Rombongan terdiri dari 14 orang yang terdiri dari 3 orang pengendara motor dengan penumpang masing-masing satu orang dan 8 orang menumpangi mobil rentalan. Tepat pukul 23.30 Wib, kami tiba dilokasi tujuan.
Aroma belerang mulai menyeruak memasuki lobang hidung kami. Cuaca malam itu masih seperti dulu, masih dingin, maklum lokasinya memang berada diketinggian.

Sejenak kita memilih lokasi yang asik dan pas, kita kemudian membayar retribusi untuk dapat menikmati rendaman air panas itu.
Sebagai informasi, bahwa air panas ini bersumber dari gunung Sibayak yang merupakan gunung berapi tak aktif. Sehingga tidak heran kalau airnya mengandung belerang yang katanya dapat mengobati berbagai penyakit kulit.

Untuk dapat menikmati mandi air panas ini, kita cukuo merogoh kocek sebesar Rp 3,000 untuk setiap orangnya.